Minggu, 10 Maret 2019

Belum Ada Judul

Kita menyadari satu hal, Jika semua tak merubah sama sekali. Entah aku atau pun kamu yang melakukan. Kita akan dihadapkan pada keharusan untuk meninggalkan. Ini bukan perkara hari ini saja, atau besok lusa. Ini tentang hari-hari depan yang harus kita jalani menurut keinginan kita masing-masing. 

Keinginanku tentu adalah kamu. Ingin mendampingi pahit manisnya hidupmu bersama laki-laki yang biasa saja seperti aku. Namun, keinginanmu belum tentu adalah aku. Nyatanya, sampai hari ini, Kamu selalu dihadapkan pada pilihan. Memang, sebenarnya pilihan sudah kamu tetapkan. Aku bukanlah pilihanmu. Hanya saja, sikapmu kurang begitu tegas. Aku hanya meminta tegaslah dalam mengambil sikap. Semua orang tau aku bukanlah pilihanmu. Lantangkan suaramu, dengan keyakinan bahwa aku bukanlah pilihan. Katakan dengan berani padaku -- sudahi kebodohan ini. Jika memang tak ada sama sekali jalan keluar bagi kita. 

Aku lebih suka dengan ketegasan itu, daripada harus menerawang sikapmu apakah mempertahankan aku atau tidak. Aku tidak bisa mengontrol hati untuk pura-pura tidak peduli padamu. Sama sekali tidak bisa. Namun, jika ketegasan yang aku dapatkan, aku juga belajar untuk menegaskan hatiku untuk tidak peduli lagi. Dan jika semua juga tidak bisa kau lakukan dengan tegas, apakah ada secercah harapan bagiku untuk merebutmu lagi? 

Hidupku dihantui banyak hal, keputus asaan tidak juga datang menghampiriku. Melupakan juga tidak ada terngiang di kepalaku. Berhenti mencintaimu apalagi, tidak ada jalan menuju itu. Apakah ada harapan bagiku?

Erwin Sebastian

Minggu, 13 Januari 2019

Aku Kehilangan Cara

Aku dengan segala yang pernah ku jalani. Terjatuh, kemudian bangkit lagi, lalu terjatuh lagi, bahkan pernah terlempar dari jurangnya patah hati yang paling dalam, berusaha kembali sekuat tenaga. Ada apakah dengan hidupku? Ada yang salahkah dari caraku mencintai? Aku seperti tidak seberuntung mereka. Jalanku tetap saja berliku meski aku mencoba memperbaikinya. 

Ini melelahkan, aku memilih menerima pasrah apa pun yang terjadi kemudian. Aku kehilangan cara untuk memulai dengan orang yang baru. Usahaku sudah dirampas oleh masa laluku, aku sudah mengerahkan seluruhnya pada masa lalu, dan sampai dititik aku kehilangan cara. Sekarang, aku hanya bisa berdiam diri, menunggu saat-saatnya tiba yang entah kapan akan datang waktunya. Yang bisa kunikmati sekarang hanyalah kesendirian. merutinitaskan diri dengan berkhayal yang indah-indah. Ya, dengan cara itulah aku bisa bahagia. Aku bisa meatur alur cerita dalam khayal dengan sesukaku, dengan ending yang romantis. Namun, tetap saja kenyataan yang aku perlukan. Dan aku sangat memerlukan percaya diriku yang hilang untuk dikembalikan lagi, agar barangkali dengan lebih percaya diri, aku bisa merubah perjalanan ini ke sesuatu yang  lebih indah. 

Cukup sulit memang bagiku untuk mengembalikan apa-apa yang sudah lenyap dalam diri. Mungkin mudah bagi semua orang, tetapi tidak bagiku.

Erwin Sebastian

Selasa, 08 Januari 2019

Aku Pernah Salah

Aku pernah salah mengambil keputusan. Keputusan yang ku ambil tanpa berpikir kedepannya akan baik baik saja.

Aku pernah salah menilaimu. Menilaimu dari luar tanpa memikirkan yang sebenarnya.

Aku pernah salah. Salah karna telah mengecewakanmu.

Aku pernah salah. Salah karna telah membiarkanmu bersedih.

Aku pernah salah. Salah karna telah menghiraukanmu.

Aku pernah salah. Salah karna tidak menghargai segala upayamu.

Iya, aku pernah salah terhadapmu.

Untuk kamu.
Aku harap kamu tidak menyimpan dendam terhadapku. Sungguh menyakitkan rasanya jika begitu. Satu hal yang harus kamu tau. Dari kesalahan itu aku menyadari, bahwa segala hal yang kita anggap biasa saja akan terasa berharga setelah kita kehilangannya.

Nita Sebastian

Senin, 17 Desember 2018

Aku Membenci Sebagian Diriku Yang Tak Mau Tanpamu

Aku benci keadaan ini. Tersiksa jika harus tanpamu. Kau lah segala penguat titik kelemahanku. Aku membenci sebagian diriku yang tak mau tanpamu. 

Aku kelelahan jika harus menanggung ini sendirian. Aku membutuhkan kekuatanmu. Sebab, saat ini aku begitu sangat lemah. Hidupku seakan tak berarti apa-apa jika bukan denganmu. Aku benci. Aku benci keadaan ini. Aku benci, karna saat ini melakukan apa pun tanpamu --hanya sendirian. Aku terbiasa menggenggam erat tanganmu jika aku sedang kebingungan. Dan sekarang aku kehilangan semuanya. Aku kehilangan sosok kekasih sepertimu. 

Dan yang bisa kulakukan saat ini, hanyalah memohon pada sang mahacinta, untuk memperbaiki segala keadaan ini. Dan hati terdalamku berkata; aku masih mengharapkanmu kembali menjadi sedia kala -- saat-saat terbaik yang pernah kita lalui. 

Erwin Sebastian

Rabu, 12 Desember 2018

Aku Kehilanganmu

Kini terasa berat hari-hari yang ku lalui. Sebab, kepunyaanku telah pergi. Yang ku jaga terlepas. Yang ku cintai meninggalkan. Ya, perih sekali rasanya. Aku hampir tak sanggup menanggungnya. Kehilanganmu adalah tamparan telak bagiku. Aku tidak sempat menyiapkan sebuah kehilangan untuk hubungan kita. Yang ada dalam benakku hanyalah merancang masa depan kita.

Aku, kehilangan arah, sebab tujuanku telah terhenti di tengah perjalanan menujumu. Dan aku tak mampu menentukan arah selanjutnya dengan secepat itu. Aku terhenti, dan hingga kini belum bisa menentukan langkah apa yang harus ku ambil. Aku terlalu bergantung padamu. Sebab, sebelum kehilanganmu, aku selalu melibatkan tentang apa saja kepadamu; kepercayaanku. 

Ketahuilah, hingga detik ini, setelah kehilanganmu. Aku masih saja mencintaimu. Tidak ada yang berubah dari perasaanku. Namun, keadaan tetaplah keadaan. Keadaan kita sekarang sudah berbeda. Jalanmu bukan lagi aku. Aku bukan lagi prioritasmu. Dan aku juga bukan lagi kekasihmu. Menyakitkan jika harus mengakui hal ini. Tapi pada kenyataannya memang seperti ini yang terjadi. 

Menuliskanmu dengan kenyataan pahit seperti ini, telah berhasil membuat air mataku jatuh tanpa diminta. Sebelum semua ini berakhir, aku hanya menulismu dengan semua bahagianya kita. Tapi, tidak untuk hari ini. Yang kurasakan hanyalah kehilangan. Aku kehilanganmu, dari sudut mana pun. 

Erwin Sebastian

Jumat, 11 Mei 2018

Mungkin

Mungkin kamu tidak berubah, aku hanya merindukan kamu yang dulu. Kadang, aku teringat pada euforia sesaat sebelum kita sedekat ini. Dan sekarang aku tengah digoda oleh prasangka-prasangka buruk akanmu. 

Mungkin sebenarnya kita ini baik-baik saja, aku hanya merasa jauh dari ketenangan hati itu. Kadang, aku merasa ada yang hilang, entah apalah itu. Dan sekarang, aku tengah dilanda bayang-bayang ketidakpastian akanmu. 

Mungkin, kamu memang tidak berubah. Akulah yang berubah. Berubah menjadi orang yang menyimpan ketakutan, "bagaimana jika selama ini, cerita kita hanya melibatkan satu hati--yaitu, hatiku saja?"

Kamis, 01 Februari 2018

Cemburu Itu

Cemburu itu melelahkan, lelah harus menahan perasaan yang kacau balau. 

Cemburu itu menyesakkan, sesak sebab hati dipenuhi perasaan panas. 

Cemburu itu memilukan. Seolah terpukul dengan keadaan yang tidak diinginkan. 

Cemburu itu menyedihkan. Tidak ada manusia senang dengan kecemburuan.

Cemburu itu penjahat. Jahat sekali. Bisa membuat orang keluar dari zonanya. Jahat bisa membuat orang berpikir diluar nalar. Jahat bisa membuat orang egonya meninggi. Cemburu itu jahat sekali, menyakitkan hati, perasaan, dan semua anggota tubuh lainnya. 

Dan aku pencemburu paling ulung. Meredakan tidak mampu, ingin berdiam diri namun isi kepala dihantui hal-hal yang tidak diinginkan.
Aku pencemburu. Maaf jika tiba-tiba aku tidak kuasa menahan sedih. Sebab, aku CEMBURU.

Erwin Sebastian